Rabu, 14 Desember 2016

Dakwah Kultural

       I.          PENDAHULUAN
Perkembangan zaman yang demikian pesat menuntut dakwah islam terus memformulasi bentuknya yang tepat. Hal itu agar pesan-pesan risalah agama terkhir ini dapat diterima oleh masyarakat ditengah globalitas dan kompleksitas masalah modern kini selain itu juga membuktikan bahwa islam merupakan doktrin yang shahih likulli zaman wa makan ( islam sesuai dengan setiap masa dan tempat). Jelas doktrin mulai ini tak pernah luntur ditelan masa itu membutuhkan orientasi dan reformulasi baru sesuai dengan tuntutan zaman. Dakwah merupakan bagian yang esensial dalam kehidupan seorang muslim dimana esnsinya berada pada ajakan, dorongan, rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran islam dengan penuh kesadaran. Secara sunatullah komunitas manusia etnis dan daerah memiliki kekhasan dalam budaya. Dalam melakukan dakwah islam, corak budaya yang dimiliki komunitas tertentu dapat dijadikan sebagai media dakwah. Dengan  ini Makalah kami akan membahas mengenai dakwah kultural.

    II.            RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian dakwah kultural?
2.      Apa obyek dan subyek dakwah kultural?
3.      Bagaimana pola dakwah kultural?
4.      Apa kelebihan dan kekurangan dakwah kultural dan struktural?




 III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Dakwah Kultural
Dakwah pada hakikatnya mempunyai arti ajakan. Berasal dari kata da’a- yad’u- da’watan ( dakwah) yang berarti mengajak. Dalam pengertian lain dakwah berati mengajak baik pada diri sendiri ataupun pada orang lain untuk berbuat baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya serta meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tercela (yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya).[1]
Secara etimologis kata “kebudayaan” bersal dari bahasa sankerta buddayah, bentuk jama’ dari budhi yang berarti akal atau budi. Menurut ahli budaya. Kata budatya merupakan gabungan dari dua kata yaitu Budi dan Daya. Budi mengandung makna akal, pikiran, paham, pendapat, ikhtiyar, perasaan. Sedangkan daya mengandung makna tenaga, kekuatan, kesanggupan. Sekalipun akar kata budaya didefinisi dari akar kata yang berbeda, dapat dikatakan bahwa kebudayaan berkenaan dengan hal-hal yang berkenaan dengan budi atau akal.
Ki Hajar Dewantara mendinifisikan kebudayaan sebagai ‘’ buah budi manusia’’ yaitu hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat. Yaitu zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran dalam hidup dan penghidupanya guna mencapai keselamatan dan kebahagian yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.[2]
Jadi dakwah kultural adalah aktivitas dakwah yang berupaya menanamkan nilai-nilai islam dalam seluruh dimensi kehidupan dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia sebagai mahluk budaya, atau dakwah yang dilakukan dengan cara mengikuti budaya-budaya kultur masyarakat setempat dengan tjan agar dakwahnya dapat diterima dilingkunagan masyarakat setempat dengan tujuan agar dakwahnya dapat diterima dilingkungan masyarakat setempat. Ciri dakwah kultural adalah dinamis, kreatif, dan inovatif. Secara substansial misi dakwah kutural adalah upaya melakukan dinamisasi dan purifikasi. Dinamisasi bermakna sebagai kreasi budaya yang memiliki kecenderungan untuk selalu berkembang kearah yang lebih baik dan islami. Purifikasi diartikan sebagai usaha pemurnian nilai-nilai dalam budaya dengan mencerminkan nila-nilai tauhid.
B.     Obyek dan Subyek Dakwah Kultural
Obyek dakwah (mad’u) adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah baik individu atau kelompok, baik yang beragama islam atau non muslim. Pada pokoknya obyek dakwah adalah manusia secara keseluruhan. Bagi mereka yang sudah beragama islam. Dakwah dimaksudkan untuk mengajak mereka masuk islam, yaitu jalan keselamatan hidup dunia dan akhirat. Obyek dakwah kultural adalah masyarakat yang akan menerima dakwah yang memiliki berbagai kebudayaan atau adat istiadat dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. Didalam aktivitas dakwah pengenalan karakteristik obyek yaitu masyarakat dengan berbagai kebudayaan yang dimilikinya merupakan suatu keharusan, karena tanpa hal ini dakwah akan gagal.
Secara teoritis subyek dakwah atau lebih dikenal dengan sebutan Da’i adalah orang yang menyampaikan pesan atau menyebarluaskan ajaran agama kepada masyarakt umum ( publik). Berkaitan dengan subyek dakwah, maka seorang da’i hendaknya memiliki persiapan dan pembekalan yang kuat artinya dalam aktivitas dakwah kultural seorang da’i harus mengenal budaya-budaya yang terdapat dalam masyarakat.[3]
C.     Pola Dakwah Kultural
Konsep pola budaya pertama kali diperkenalkan oleh Ruth Benedict. Menurutnya kebudayaan merupakan cara-cara yang menjadi dasar kehidupan manusia. Yang ditampilkan melalui karakteristik kebudayaan yang unik. Soeriono Soekanto mengemukakan bahwa pola budaya merupakan tatanan dari unsur-unsur kebudayaan yang menjadi dasar keutuhan suatu kebudayaan tertentu ( pola kebudayaan). Pola budaya adalah konsep untuk menggambarkan interelasi dari sebuah kelompok berdasarkan orientasi kultural.[4]
Dalam penyamapain dakwah  kultural sangat mengedepankan penanaman nilai kesadaran, kepahaman ideologi, dan sasaran dakwah. Dakwah kultural melibatkana kajian antara disiplin ilmu dalam rangka meningkatkan serta memperdayakan masyarakat. Aktivitas dakwah kultural meliputi seluruh aspek kehidupan, baik yang menyangkup aspek sosial buadaya, pendidikan, ekonomi, kesehatan, alam sekitar. Dalam konsep dakwah kultural ini juga memuat ciri-ciri pada waktu kultural itu sendiri yaitu:
1.      Menggunakan dalil dan ayat Al-Qur’an
2.       Lebih meningkatkan pemahaman persuasif terhadap sasaran dakwah.
3.      Tidak menharuskan sang Da’i masuk ke sistem.
Setelah memahami pengertian dakwah maka pola dakwah kultural diantaranya yaitu:
1.      Dakwah kultural dalam konteks budaya lokal
Yaitu mencari bentuk pemahaman dan upaya yang lebih emnatik dan mengapresiasi kebudayaan masyarakt yang akan menjadi sasaran dakwah.
2.      Dakwah kultural dalam konteks budaya global.
Mengkaji secara mendalam titik silang antara islam dan budaya global. Baik secara teoritik dan embirik. Seperti memberkan subtansi atau pesan dakwah. Memperhatikan media atau wahana dakwah serta memperhatikan obyek dakwah.
3.      Dakwah kultural melalui oprasi seni
Budaya termasuk seni khususnya adalah ekspresi dari perasaan sosial yang bersiafat kolektif sehingga merupakan ungkapan yang sesungguhnya dari kehidupan masyarakat. Dengan mengembangkan seni yang ma’ruf maka dakwah kultural bisa berperan untuk melahirkan inovasi dan kreasi.
4.      Dakwah kultural melalui media
Yaitu dakwah dengan cara menggunakan teknologi sebagai media untuk mencapai tujuan dakwah.
5.      Dakwah kultural gerakan jamaah atau dakwah jamaah
Yaitu fokus pada pemberdayaan dan pengembangan masyarakat melalui pembentukan jamaah sebagai satuan sosial (komunitas)
D.    Kelebihan dan Kekurangan Dakwah Kultural dan Struktural
Dalam struktural adalah gerakan dakwah yang berda pada kekuasaan para aktivis dakwah struktural bergerak mendakwahkan ajaran islam dengan memanfaatkan struktural sosial, politik, maupun ekonomi yang ada guna menjadikan islam sebagai ideologi negara. Nilai-nilai islam menjelama kedalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dakwah struktural memegang tesis bahwah dakwah yang sesungguhnya adalah akitivisme islam yang berusaha mengwujudkan negara bangsa yang berdasarkan islam, para pelaku politik menjunjung tinggi nilai keislaman dalam perilaku politik serta mengakkan ajaran islam menjadi tanggung jawab negara dan kekuasaan. Dalam persepektif dakwah kultural negara adalah instrumen penting dalam kegiatan dakwah.[5]
Kelebihan dakwah kultural adalah sebuah model penyampain misi islam yang lebih terbuaka, toleran dengan mengkomodir budaya dan adat masyarakat setemapat, bisa dijadikan sebagai medium pembaharuan kehidupan bergama, lebih beriorintasi dan menghargai tradisi dan mudah diterima oleh banyak masyarakat itu, dakwah kultural memang kuat dari sisi bagaimana membuat masyarakat itu paham akan islam. Namun disisi lain tidak kuat secara politik. Apabila hanya mengendalikan pada ukuran kutural saja maka islam tentu tidak dapat diberlakukan secara kaffah (keseluruhan) hal tersebut merupakan salah satu kekurangan dakwah kultural.
Dakwah kultural dan struktural merupakan sebuah metode dakwah yang digunakan dinegri ini yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan dan dicari kesalahan masing-masing, tentunya masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dakwah kultural tentunya tidak dapat menyalahkan bahwa syiar islam dengan pendekatan kultural adalah salah namun tidak boleh mengikuti arus zaman yang justru melupakan esensi dari nilai-nilai keislaman itu sendiri. Metode dakwah yang digunakan dalam menyiarkan agama tidakdapat kita memilih hanya satu haluan atau metode saja misalkan memilih metode pendekatan secara struktural ini tidak bisa. Pemilihan metode seyogyanya dipilih berdasarkan kass yang ada misalkan jika lebih muda dengan pendekatan struktural dan juga lebih muda dengan kultural maka dilakukan dengan kultural tentunya dilakukan dengan cara-cara yang lebih menyimpang da’i Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Mempelajari karakter siapa yang hendak didakwahi maka akan dapat memperoleh metode dakwah yang tepat. Dengan demikian kedua hal tersebuttidak dapat dipisahkan secara persial keduanya memiliki korelasi yang sangat erat dalam mendakwahi agama ini. Dakwah kultural dan struktural mestinya menjadi alat yang mujarab dalam mengembangkan syiar islam, bukan justru menimbulkan perpecahan dan mencari kesalahan masing-masing.[6]


 IV.            KESIMPULAN

Dakwah kultural adalah aktivitas dakwah yang berupaya menanamkan nilai-nilai islam dan seluruh dimensi dengan memperhatikan potensi kecenderungan manusia sebagai mahluk budaya, atau dakwah yang dilakukan dengan cara mengikuti budaya-budaya kultur masyrakat setempat dengan tujuan agar dakwahnya dapat diterima dilingkungan setempat. Sedangkan dakwah struktural adalah kegiatan dakwah yang menjdikan kekuasaan, birokrasi kekuatan politik sebagai alat untuk memperjuangkan islam.
Dakwah kultural dan struktural masing-masing berbeda. Masing-masing mempunyai strategi sendiri-sendiri dalam penguatanya. Jika kedua dakwah ini bergabung maka dakwah akan melengkapi satu sama lain.  Namun dalam kebenaranya kedua dakwah inipun tidak terlepas dari berbagai maslah. Oleh karena itu para da’i yang hendak berdakwah terlebih dahulu mengetahui kondisi masyrakat setempat serta melakukan pemilihan metode dakwah berdasran kasus yang ada.


DAFTAR PUSTAKA

Gemiliar, Setia, dan Sulasman. 2013. Teori Kebudayaan. Bandung: Pustaka Setia
Lilweri, Alo, 2003. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, Yogyakarta LKIS
Muhaimin, Slamet. 1994. Prinsip-prinsip Metode Dakwah. Surabaya: Husana Offset Printing
Munir, Syamsul. 2009. Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah
Pimay, Awaludin, 2006, Metodelogi Dakwah. Semarang. RASAIL



[1][1] Slamet Muhaimin, Prinsip-prinsip Metode Dakwah, (Surabaya: Hasan Offset Printing, 1994), hlm 29-30
[2] Sulasman dan Setia Gemiliar, Teori Kebudayaan, ( Bandung: Pustaka Setia 2013), hlm 17-19
[3] Awaludin Pimay. Metodelogi Dakwah, (Semarang: RASAIL,2006), hlm 21-21
[4] Alo Lilweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta: LKIS, 2003), hlm 103
[5] Syamsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009) hlm, 162-163
[6] Http://bangbudi.blog.ugm.ac.id/2012/09/16/islam-kultural-dan-islam-struktural-lawan-atau-pilihan/. Pada tanggal 29 Maret 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar